Kamis, 14 April 2011

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA “PENGARUH pH DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM”

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PENGARUH pH DAN INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS  ENZIM"


1.Tujuan Percobaan
         Untuk mengetahui suatu bentuk analisa aktivitas enzim amilase liur, yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperatur, pH, jumlah enzim dan jumlah substrat terhadap aktivitas enzim amilase liur.
2.Teori Dasar
3.Alat dan Bahan
a. Percobaan pengaruh pH tehadap aktivitas enzim
     Alat:
·         Stopwatch
·         Waterbath 38 C
·         Tabung reaksi
·         Pipet ukur 1ml, 5ml, 10ml
·         Batang pengaduk
     Bahan
·         Larutan buffer pH 8, 7.4, 6.8, 6, 5.2
·         Larutan amylum 1%
·         Larutan natrium klorida 0,1M
·         Larutan saliva ( 1:9 )
·         Aquadest
·         Larutan iodine
b. Percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim
    Alat
·         Stopwatch
·         Waterbath 38 C
·         Tabung reaksi
·         Pipet ukur 1ml, 5ml, 10ml
·         Batang pengaduk
  

 Bahan
·         Larutan saliva ( 1:9 )
·         Aquadest
·         Larutan toluene
·         Kloroform
·         Larutan Merkuri
·         Larutan phenol
·         Larutan amylum 1%
·         Larutan natrium klorida
·         Pereaksi Benedict
c. Percobaan Uji kualitatif enzyme phytialin
    Alat
·         Penangas air 38 C
·         Stopwatch
    Bahan
·         Larutan saliva ( 1:9 )
·         NaCl 0,1M
·         Larutan amylum 1%
·         Iodine 0,01M

4.Prosedur dan Pengamatan
Prosedur
Pengamatan
-Sipakan 5 buah tabung reaksi lalu isi dengan 10ml larutan buffer dengan pH sebagai berikut
-Tabung no 1 pH 8
-Tabung no 2 pH 7,4
-Tabung no 3 pH 6,8
-Tabung no 4 pH 6
-Tabung no 5 pH 5,2

-Lalu isi ke 5 tabung tersebut dengan 5ml larutan amylum 1%, 2ml Nacl 0,1M, dan larutan saliva

-setelah itu simpan di dalam waterbath 38 C selama 10 menit

-Lalu tambahkan larutan iodine pada tiap tabung reaksi, secukupnya

-Amati perubahan yang terjadi













pH 8, 7.4, 6.8, 6, 5.2 sebanyak 5ml ditambahkan 5ml amylum 1%  wana larutan putih
ditambah 2ml NaCl warna larutan menjadi putih keruh lalu ditambah2ml larutan saliva warna larutan menjadi putih bening agak keruh

lalu simpan d waterbathselama 10 menit
-pH 8 + asetat 1 tetes pH menjadi 4
-pH 7,4 + asetat 1 tetes pH menjadi 6
Itu tandanya kedua pH tersebut sudah asam

-setelah ditambahkan iodine 10 tetes
Tabung no 5 pH 5,2 menjadi warna ungu pekat (+ + + + + )

Tabung no 1 pH 8 menjadi warna ungu pekat (+ + + + )

Tabung no 2 pH 7,4 menjadi warna ungu pekat (+ + +  )

Tabung no 4 pH 6 menjadi warna ungu pekat (+ + )

Tabung no 3 pH 6,8 menjadi warna ungu pekat (+ ) bening


Uji iodine.
Sampel Perubahan
Awal + Iodine
Tabung no 1: Saliva + toluene= Tidak Berwarna,ada endapan(+) Ungu Pucat (+)

Tabung no 2: Saliva + kloroform Tidak Berwarna, ada endapan(++) Ungu (++)

Tabung no 3: Saliva + HgCl Tidak Berwarna,ada endapan (+) Biru (+++)

Tabung no 4: Saliva + Phenol= Tidak Berwarna, ada endapan (++) Tidak Berwarna (-)

Tabung no 5: Saliva + Natrium florida = Tidak Berwarna,ada endapan (+), Tidak Berwarna (-)

Tabung no 6: Saliva + aquadest = Tidak
Berwarna,ada endapan (++) ungu (++)

Uji Benedict

Sampel Perubahan
Awal + Benedict + Pemanasan
Tabung no 1: Saliva + toluene= Tidak Berwarna,ada endapan(+) Biru merah (+)  +

Tabung no 2: Saliva + kloroform= Tidak Berwarna,ada endapan(++) Biru merah (+) ++

Tabung no 3: Saliva + HgCl= Tidak Berwarna,ada endapan(+) Biru (-)  -

Tabung no 4: Saliiva + Phenol Tidak Berwarna,ada endapan(++) Biru merah (+) +++

Tabung no 5: Saliva + Natrium Florida= Tidak Berwarna,ada endapan(+) Biru merah (+)  +

Tabung no 6: Saliva + aquadest= Tidak Berwarna,ada endapan(++) Biru merah (+)  +

Setelah di panaskan uji benedict
Tabung no 1: warna menjadi coklat muda kekuningan, endapan cream ( + )

Tabung no 2:warna menjadi orange agak kecoklatan, ada endapan ( + )

Tabung no 3: warna menjadi hijau kemerahan, endapan puith gelap ( + )

Tabung no 4: warna menjadi kuning keorange an, endapan cream ( + )

Tabung no 5: warna menjadi coklat kekuningan, endapan putih kuning,

Tabung no 6: warna menjadi orange endapan putih keorangean ( + )





5.Pembahasan
        Percobaan ini adalah suatu bentuk analisa aktivitas enzim amilase liur, yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperatur, pH, jumlah enzim dan jumlah substrat terhadap aktivitas enzim amilase liur. Amilase adalah sebuah enzim yang berfungsi untuk memecahkan ikatan glikosidik yang dimiliki oleh poliskarida. Ikatan glikosidik yaitu ikatan khas yang terdapat pada karbohidrat (monosakarida, disakarida , dan polisakarida). Dengan perombakan oleh amilase, suatu bentuk polisakarida dapat diubah menjadi bentuk intermedietnya, yaitu disakarida. Amilase dapat dihasilkan di beberapa kelenjar eksokrin didalam tubuh, diantranya pankeras, dll.
        Jika suhu naik, maka benturan antara molekul bertambah, sehingga reaksi kimia akan meningkat, dan sebaliknya. Enzim amilase bekerja pada suhu kompartemen ± 37˚C. Pemanasan yang dilakukan (meningkatkan suhu), mengakibatkan enzim amilase menjadi inaktif. Bahkan bila diberi perlakuan termal berlebihan dapat menyebabkan denaturasi koenzim (kompenen enzim yang berupa protein). Denaturasi adalah kerusakan sturuktural dari sebuah makromolekul ( enzim amilase) yang disebabkan beberapa faktor sehingga tidak dapat mengubah amilum menjadi maltosa dengan produk antara berupa dekstrin.
        Akibatnya, amilum yang bereaksi dengan indikator warna, larutan iodium, tetap  menghasilkan warna ungu meskipun didiamkan dalam waktu yang lama. Pada suhu 45˚C aktivitas enzim masih menunjukkan kenaikan, jika suhu > 45˚C, akan timbul efek yang berlawanan dan menjelang suhu 55˚C fungsi katalitik enzim akan musnah. Dalam saliva yang tidak dipanaskan, dihasilkan warna ungu yang makin lama makin jernih. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu optimum, enzim amilase dapat menjalankan fungsinya, mengubah amilum menjadi maltosa. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih besar dengan iodium memberi warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritrodekstrin) memberi warna coklat kemerah-merahan. Sedangkan dekstrin-dekstrin yang molekulnya sudah kecil lagi (akhrodekstrin) dan maltosa tidak memberi warna dengan iodium. Titik saat campuran tidak memberi warna lagi (jernih) disebut titik akromatik.
        Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Namun, beberapa jenis enzim yang bekerja pada suasana netral, jika ditempatkan pada suasana basa atau asam, maka enzim tersebut tidak akan bekerja atau rusak. Kecepatan reaksi akan bertambah seiring bertambahnya jumlah enzim, sehingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan jenuh oleh substrat. Jika jumlah enzimnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah. Sebaliknya, jika jumlah enzim yang tersedia banyak, kerja enzim menjadi cepat. Pada keadaan berlebih, kerja enzim tidak sampai menurun tetapi konstan.
        Percobaan ini menghasilkan hasil yang tidak biasa. Seharusnya, jika jumlah substrat lebih besar, kecepatan reaksi akan semakin lambat, dan sebaliknya. Tetapi hasil yang diperoleh dari percobaan ini, dengan jumlah substrat yang lebih besar, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik akromik, lebih cepat jika dibandingkan dengan jumlah substrat yang sedikit. Banyak kemungkinan yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. Salah satunya adalah saliva yang berasal dari individu yang berbeda.
6.Kesimpulan
7.Daftar  Pustaka
Ø  Poedjiadi, anna 1994. “ Dasar – Dasar Biokimia “ Universitas Indonesia : Jakarta
Ø  Fessenden dan Fessenden “ Kimia Organik “ jilid 2
Ø  http:// medica farmasi. Blogspot.com / 2008 / 08 / larutan. Html 05/11/10
Ø   Ophart, C.E., 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College

Tidak ada komentar:

Posting Komentar